I Saw the Same Dream Again
Harumichi Mizuki's Reviews > I Saw the Same Dream Again
by
Sejujurnya aku lebih suka ini daripada I Want to Eat Your Pancreas. Meskipun buku pertama Sumino Yoru itu juga karya dengan cara penceritaan yang unik. Tema buku ini adalah sesuatu yang mungkin dianggap klise oleh banyak orang, tapi justru jadi pertanyaan yang susah dijawab: Kebahagiaan itu apa, sih?
Salah satu tagline yang sering diulang-ulang dalam cerita ini adalah: "Kebahagiaan tidak berjalan mendekat, karenanya kitalah yang menghampiri." Dan itulah yang jadi benang merah serta jawaban dari semua permasalahan di buku ini.
***
Ini adalah cerita dewasa yang diambil dari sudut pandang anak-anak yang polos dan jernih. Adegan-adegan di dalamnya super-aman, sih. Tapi ada tokoh seperti Abuzure san yang dari nama julukannya saja menyiratkan bahwa dia bekerja di 'bidang' prostitusi, dan tokoh berjulukan Minami san, cewek SMA yang suka menyilet tangannya sendiri.
Tokoh utama kita adalah Koyanagi Nanoka, seorang gadis SD yang pandai dan cenderung kritis serta suka mengatakan berbagai kalimat filosofis yang diawali dengan "Hidup itu adalah... Yang rada "nyebelin" dari anak ini cuma bahwa dia sadar sekali kalau dia pandai. Lucu gitu, baca sudut pandangnya dia jadi keinget masa-masa sebagai anak kecil yang kadang sok tahu dalam menyimpulkan berbagai hal dan pengetahuan. Hihihi... Dia tampaknya agak sulit bergabung dengan teman-teman seusianya di kelas, karena dia menganggap mereka semua bodoh. Dan tingkah laku teman-temannya itu kebanyakan memang digambarkan menyebalkan, sih. Terutama geng anak cowok yang suka menindas Kiryuu kun, anak pemalu yang hobi melukis.
Nanoka digambarkan sangat berani menghadapi penindasan dan juga intimidasi dari anak-anak cowok itu. Lidahnya sangat tajam jadi dia sering menang berdebat kalau diolok-olok mereka semua. Luar biasa! Padahal, kalau anak-anak lain ditempatkan pada posisi Nanoka mungkin bakalan kaget sampai nggak bisa bicara sama sekali.
Setiap pulang sekolah, karena kedua ayah dan ibunya sangat sibuk bekerja, dia bebas bermain di luar dengan ditemani seekor kucing hitam yang uniknya dimanusiakan sekali oleh Nanoka. Caranya memanggil kucing hitam itu adalah "anak itu", "gadis itu", "temanku yang berekor putus", dan lain sebagainya. Jarang dia manggil dengan sebutan "kucing" sebagaimana apa adanya. Lucunya nih kucing ngikutin Nanoka ke mana-mana udah kayak familiar gitu. Sampai-sampai salah satu wanita yang ditemui Nanoka bilang kalau Nanoka mirip tokoh Kiky di Kiky's Delivery Service (novel yang diadaptasi jadi anime legendaris oleh studio Ghibli), penyihir cilik yang ditemani Jiijii, kucing hitam yang bisa bicara.
***
Nanoka sepertinya tipe anak kecil yang lebih suka berinteraksi dengan orang-orang dewasa. Baginya orang-orang dewasa itu begitu mengagumkan karena lebih pandai dan lebih banyak tahu soal banyak hal darinya (huwakakakakakak, untungnya kau masih terlalu suci untuk terekspos pada tingkah polah netijen ya, Nanoka chan? XD). Setiap pulang sekolah, karena tak punya teman bermain seusianya, dengan didampingi si kucing hitam, Nanoka mengunjungi rumah seorang nenek dan seorang wanita dewasa yang bernama "Abuzure san". Yang terakhir ini jelas bukan nama asli, tapi wanita itu membiarkan Nanoka memanggilnya begitu untuk lucu-lucuan. Kedua orang dewasa ini senang berbincang-bincang dengan Nanoka dan menyuguhi gadis itu kue, jus, atau es krim. Enaknya.
Awal pertemuan mereka pun bisa dibilang ajaib, karena Nanoka mengetuk pintu rumah-rumah mereka dan... langsung jadi akrab setelahnya! Buset! XD Hal ini jadi mengingatkanku akan video yang sering di-share di FB: soal bahwa anak-anak sepertinya lebih mudah berteman (dan bagaimana orang dewasa mungkin sudah melupakan kemampuan ini, jadi mereka perlu belajar lagi dari anak-anak).
Karena jarang bisa berdiskusi dengan orangtuanya yang sangat sibuk, Nanoka berkonsultasi soal banyak hal pada para orang dewasa itu. Mulai dari masalah tugas sekolahnya: presentasi tulisan dengan tema "Apa itu Kebahagiaan", teman-temannya yang menyebalkan dan dia anggap bodoh, sampai soal Kiryuu kun yang sering menyembunyikan kemampuan melukisnya karena diejek oleh anak-anak itu.
Nanoka sangat menyukai buku. Dia membaca The Little Prince meski tak paham maksudnya 100% (wow, toss, Nanoka!), Petualangan Tom Sawyer, dan Blueberry Finn karena rekomandasi dari seorang nenek yang sering dia temui. Lalu suka membicarakannya bersama sang nenek dan juga wanita muda bernama Abuzure san. Selain itu di sekolah dia hanya bercakap soal buku bersama Ogisawara kun, tapi mengaku tak bersahabat dengan anak lelaki yang populer itu.
"Menurutku, kalau seluruh manusia di dunia ini suka membaca, dunia akan jadi damai. Kalau saja mereka mengerti bahwa ada hal menyenangkan seperti itu, pasti tidak ada yang berpikir untuk saling melukai. (Nanoka, 64-65)"
***
Awalnya plot buku ini memang berjalan sangat lambat, dan masih misterius bakal dibawa ke mana. Yang membuatnya tetap enak diikuti adalah cara berpikir Nanoka yang menggemaskan dan kadang ajaib, serta dialog-dialognya dengan orang-orang itu. Seperti yang disampaikan di atas, Nanoka suka sekali mengucapkan hal filosofis yang diawali dengan "Hidup itu seperti..." misalnya:
"Hidup Kiryu kun itu seperti bakteri dalam gigi (...) Kalau tidak suka, kau harus melakukan sesuatu. Lain kali kalau mereka mengganggumu, kau bisa menyemburkan ludah ke wajah mereka." (Nanoka to Kiryuu, hal 41)
"Hidup itu seperti es serut, ya. Meski ada banyak rasa yang kita suka, kita tidak bisa memakan semuanya karena bisa-bisa sakit perut." (hal 67)"
"Hidup itu seperti seekor kambing (...) Aku berpikir tentang membaca sebuah cerita yang memikat. Menurutku, mungkin saja kita bisa hidup dengan menyantap buku. (Nanoka to Minami, hal 84)"
"Bagaimanapun juga, hidup itu seperti pelari pertama dalam lari estafet. Selama diri sendiri tidak mulai bergerak, tidak akan memulai apa pun." (Nanoka to Kiryuu, 186)
Dan masih banyak lagi ungkapan serupa yang lebih kocak, yang untuk memahaminya perlu baca catatan kaki karena berhubungan dengan permainan kata dan kanji bahasa Jepang.
***
Sambil terus memikirkan jawaban dari PR yang diberikan Hitomi sensei soal apa itu makna kebahagiaan, Nanoka kemudian memutuskan mencoba melewati rute lain saat bermain dan tiba di sebuah gedung mangkrak, tempat ia bertemu dengan calon sahabat ketiganya, seorang gadis SMA bertampang suram yang dari awal udah bikin shock karena didapati Nanoka sedang menyilet tangannya sendiri sampai berdarah-darah. Ajaibnya Nanoka nggak takut dan malah pingin makin mendekat.
Meski Minami san menunjukkan sikap acuh dan penolakan pada awalnya, Nanoka nggak gentar (kuat juga anak ini). Lama-lama mereka pun sering ngobrol, meski Minami sendiri tak pernah cerita apa yang menyebabkan dia jadi suka mengiris lengannya. Tampaknya nama Minami ini juga bukan nama asli, melainkan nama sekolah tempat dia berasal, yang langsung disimpulkan oleh Nanoka sebagai nama yang sebenarnya. Minami san ini ternyata suka menulis cerita di buku catatan, dan bagi Nanoka cerita-ceritanya sungguh sangat menggugah.
"Bagiku seorang penulis bukanlah orang yang menjual buku. Mereka adalah orang-orang mengagumkan yang membuat dunia baru di hati orang lain dengan memintal cerita. (Nanoka to Minami, 104)"
Dia lalu terkenang pada Kiryuu kun yang dia anggap juga sama anehnya dengan Minami san. Berbakat melukis tapi malu mengakui dan malah menyembunyikannya. Kepolosan dan antusiasme Nanoka lambat membuka hati Minami san. Puncaknya adalah ketika Nanoka bertengkar dengan kedua orangtuanya yang membatalkan janji untuk datang ke acara kunjungan orangtua di sekolah. Padahal, pada hari itu Nanoka akan mempresentasikan tulisannya soal apa itu kebahagiaan. Minami san tampak lebih berempati pada Nanoka lebih dari biasanya ketika hal ini terjadi. Dia memaksa Nanoka berjanji untuk berbaikan dengan orangtuanya.
"Hidup itu seperti cerita yang kau tulis sendiri (...) Bagaimana kau mengubah menjadi happy ending, semua tergantung bagaimana usahamu memperbaiki dan menyempurnakannya.
Dengar, bukan berarti kau tidak boleh bertengkar. Tapi, bertengkar dan berdamai itu satu paket.
(Minami to Nanoka, 111)"
(view spoiler)["Aku tidak ingin kau menjadi seperti aku yang membiarkan pertengkaran hingga akhirnya tidak lagi bisa bertemu. (Minami to Nanoka, 112)" (hide spoiler)]
Dari sini kita bisa sedikit menebak-nebak soal penyesalan terbesar Minami san dan kemungkinan masalah yang menyebabkan ia jadi suka mengiris lengannya sendiri selama ini. Pada akhirnya setelah Nanoka mampu melalui masalah tersebut, Minami san malah menghilang secara misterius.
***
Bagian paling centre-breaking adalah ketika di sekolah muncul rumor yang mengatakan bahwa ayah Kiryuu ditangkap polisi karena mencuri di supermarket. Nanoka ada di tempat saat kejadian, tapi tak bisa melihat jelas apa yang ditangkap polisi itu memang ayah Kiryuu. Akibat rumor ini, geng anak-anak cowok nakal di kelas pun semakin menindas Kiryuu. Tapi ketika Nanoka tampil untuk membela Kiryuu yang dia anggap sebagai pengecut, secara mengejutkan Kiryuu malah berteriak kepadanya, bukan kepada anak-anak nakal itu.
Kiryuu kemudian tidak masuk sekolah untuk waktu yang lama. Nanoka kemudian memutuskan menjenguk anak itu sambil membawakan catatan pelajaran dari Hitomi san, tapi Kiryuu malah mengusir dan mengatakan bahwa dia membenci Nanoka. Jelas saja Nanoka shock berat. Apalagi ketika teman-teman sekelasnya kemudian mengabaikan dia, termasuk Ogisawara san. Akhirnya Nanoka sendiri ikut sering membolos dan mengunjungi Abuzure serta sang Nenek.
Bagian ini bikin aku pingin nyekek teman-teman sekelasnya Nanoka. Terutama anak laki-laki yang suka bertengkar dengannya dan menindas Kiryuu. Sumpah deh. Anak kecil itu bisa jadi sangat jahat kalau nggak terkendali, ya.
"Orang tidak bisa menghilangkan kenangan sedih. Tetapi orang bisa menikmati hidup dengan membuat banyak kenangan indah. (Nenek to Nanoka, hal 84)"
Bersama Abuzure san, Nanoka mengurai kesedihan yang selama ini selalu ia tahan. Juga membicarakan masalahnya dengan Kiryuu. Perlahan Nanoka pun berusaha lebih memahami posisi Kiryuu dan penyebab mengapa ia malah meledak saat Nanoka membelanya. Abuzure san juga ikut bersedih ketika Nanoka memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan orang lain gara-gara masalah ini.
"Kebahagiaan itu adalah kemampuan untuk memikirkan seseorang dengan serius. (Abazure san to Nanoka. 197)
"Kalau kau tidak menyerah menyukai seseorang, hidupmu akan bahagia (Abazure san to Nanoka, 210)
Tampaknya ketika berbicara dengan Nanoka, Abuzure san jadi bisa memecahkan masalah dan penyesalannya sendiri. (view spoiler)[Namun, lagi-lagi setelah Nanoka berhasil menghadapi masalahnya yang ini, Abuzure san pun menghilang secara misterius... (hide spoiler)]
***
Sungguh menarik melihat bagaimana Nanoka berusaha mengurai segala permasalahan yang terjadi di sekelilingnya, dan juga berusaha memahami apa yang tidak dia mengerti. Dalam artian, meskipun dia adalah anak kecil yang terkesan angkuh karena menganggap dirinya pandai dan anak yang lain lebih bodoh, dia nggak takut untuk mengakui bahwa masih banyak hal yang belum dia mengerti dan dengan begitu perlu dia pelajari.
"Belajar untuk memahami hal yang belum dimengerti adalah hal yang penting. Sedangkan, mengira sudah mengerti hal yang sebenarnya belum dipahami adalah hal yang sangat tidak baik. (Nenek to Nanoka, hal 29)
Hubungan antara Nanoka dengan orang-orang di sekitarnya seperti Minami san, Abuzure san, dan Nenek pun digambarkan indah dengan cara yang misterius. Dialog-dialog dan adegan sehari-hari dirangkai sedemikian rupa dan ternyata semuanya punya pengaruh besar pada plot yang sedang berlangsung. Latar belakang para orang dewasa itu tidak terlalu digambarkan. Karena memang biasanya anak kecil juga tidak terlalu memikirkan hal-hal seperti itu. Yang penting bagi mereka adalah interaksi yang terjadi di masa kini. Nanoka termasuk beruntung karena dia dikelilingi oleh orang-orang dewasa yang mau membimbingnya ketika menghadapi masalah. Karena orang dewasa seringkali menyepelekan masalah anak-anak, padahal bisa jadi semua itu akan menimbulkan trauma fatal yang mencederai kepribadian anak itu begitu ia tumbuh menjadi dewasa.
Bersama Nanoka, sebagai pembaca kita juga digiring untuk mulai memikirkan apa makna kebahagiaan bagi diri kita sendiri. Dan bahwa seperti yang sering disenandungkan Nanoka dan Abazure di sepanjang cerita: kebahagiaan tak datang sendiri, harus kita yang menghampiri. Nanoka memilih untuk berinteraksi secara aktif dengan orang-orang yang menarik perhatiannya. Bahkan dengan Kiryuu kun yang begitu pemalu dan akhirnya malah meneriakinya. Ia melawan rasa tidak nyaman itu dan melangkah maju dengan berani, mendobrak dinding yang dibangun orang-orang itu dengan mengedepankan kejujuran yang murni.
Seringkali kebahagiaan yang sering kita cari-cari itu adalah hal-hal sederhana yang lupa kita syukuri. Seperti yang tersirat dalam dialog nenek dan Nanoka berikut ini:
"Aku ingin nenek memberitahuku bagaimana menjalani hidup selama ini."
"Dari sejak kecil hingga dewasa lalu menjadi tua, aku melewati kehidupan dengan melakukan apa yang kusuka dan juga bersama-sama orang yang kusuka."
"Bukankah itu adalah hal yang biasa?" Aku sedikit kecewa.
"Ya, kehidupan yang biasa saja. Aku bisa menjalani hidup bahagia dengan biasa-biasa saja."
(Nanoka dan Nenek, hal 284)"
"Hal yang tidak menyenangkan tidak akan habis jika dihitung. Tapi, dibanding itu, ada banyak hal yang menyenangkan dan juga kegembiraan yang tidak terhitung dalam hidupku. Dan aku berjalan di sana. (Nenek to Nanoka, hal 285)"
"Dengar, ya, Nacchan. Hidup itu adalah segala milikmu yang bersinar di dalam harapan.
Pada akhirnya misteri menghilangnya Minami san, Abuzure san, dan latar belakang semua orang itu termasuk nenek akan terjawab di akhir dan merupakan twist terindah dari buku ini. Buku ini membuatku jadi ingin bangkit dan kembali memperjuangkan kebahagiaan yang aku inginkan, melakukan hal yang aku sukai bersama orang-orang yang kusukai. Agar akhirnya aku bisa meraih kebahagiaan tertinggi yang terkandung dalam kalimat nenek yang sederhana ini:
"Kebahagiaan itu... adalah ketika aku bisa mengatakan bahwa aku sekarang bahagia, (Nenek to Nanoka, 274)"
Terima kasih atas buku yang indah ini, Penerbit Haru.
***
TRIVIA.
Kalaupun dibilang kecewa, aku kecewa karena saat PO buku ini dari Grobmart, aku ikut programme PO yang menjanjikan adanya bonus kalung imut dari Haru. Tapi waktu paket yang ditunggu-tunggu datang (luama banget lho aku nunggunya. Hampir sebulanan. Mungkin karena kudu nunggu buku dicetak dan proses distribusi di toko-toko), kalungnya malah nggak ada. Pas aku nanya Grobmart (ya kali aja ketinggalan gitu), bilangnya karena persediaan memang sudah habis. Lah??? Aku kan udah PO duluan sesuai dengan tenggat waktu dari Haru... Biasanya yang kayak gini POnya bakal dibatasi sesuai dengan persediaan bonus barang yang ditawarkan, kan? Kok jadi gini, sih? Huhuhu...
Untungnya bukunya bagus banget. Jadi lumayan terobatilah. Tapi tetep kuposting aja. Ya siapa tahu aja pihak Haru terus baca review ini dan... terus menawarkan suatu solusi hahaha... #Ngarep
Reading Progress
Comments Showing 1-x of 10 (ten new)
back to top
add together: link comprehend
Welcome dorsum. Simply a moment while we sign you in to your Goodreads account.
jacksonmorelesucity.blogspot.com
Source: https://www.goodreads.com/review/show/2629822151
0 Response to "I Saw the Same Dream Again"
Post a Comment